CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Rabu, 22 Mei 2013

Pembuatan Koloid

STANDAR KOMPETENSI : Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari – hari

KOMPETENSI DASAR : Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan – bahan yang ada di sekitar

JUDUL PRAKTIKUM : PEMBUATAN KOLOID

TUJUAN : Membedakan serta memahami pembuatan koloid secara dispersi dan kondensasi

TEORI : Ukuran Partikel koloid terletak antara partikel larutan sejati dan partikel suspensi. Oleh karena itu, sistem koloid dapat dibuat dengan pengelompokkan (agregasi) partikel sejati atau menghaluskan bahan dalam bentuk kasar kemudian didispersikan ke dalam medium pendispersi. Cara pembuatan koloid antara lain :

1. Cara Kondensasi, yaitu partikel larutan sejati (molekul atau ion) bergabung menjadi partikel koloid. Cara ini dapat dilakukan melalui reaksi – reaksi kimia, seperti reaksi redoks, hidrolisis, dan dekomposisi rangkap, atau dengan pergantian pelarut

2. Cara Dispersi, yaitu partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara dispersi dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi atau dengan loncatan bunga listrik (cara busur Bredig)

ALAT DAN BAHAN :

A. Alat :

1. Lumpang 7. Gelas Ukur

2. Gelas Kimia 8. Labu erlenmayer

3. Tabung Reaksi dan rak 9. Pipet Tetes

4. Pembakar spirtus 10. Neraca

5. Pengaduk kaca

6. Kaki tiga dan kasa kawat

B. Bahan :

1. Gula pasir 5. Larutan FeCl3 jenuh

2. Serbuk belerang 6. Larutan sabun

3. Agar – agar 7. Aquadest

4. Minyak tanah 8. Susu

CARA KERJA :

Percobaan A : Pembuatan Sol dengan Cara Dispersi

a. Sol belerang dalam air

1. Campurkan 1 bagian gula dengan 1 bagian belerang, dan gerus dengan alu dan lumpang sampai halus

2. Ambil 1 bagian campuran dan campurkan dengan 1 bagian gula, lalu gerus sampai halus

3. Ulangi langkah nomor 2 sampai empat kali. Ambil 1 bagian campuran keempat dan tuangkan campuran itu ke dalam gelas kimia yang berisi 50 ml air. Kemudian aduk campuran ini. Amati hasilnya.

b. Sol agar – agar dalam air

1. Ambil agar – agar sebanyak 2 spatula kaca dan larutkan ke dalam gelas kimia yang berisi 25 ml air mendidih

2. Dinginkan campuran itu dan perhatikan apa yang terjadi. Cara ini disebut peptisasi

Percobaan B : Pembuatan sol dengan cara kondensasi

1. Panaskan 50 ml air dalam gelas kimia 100 ml sampai mendidih

2. Tambahkan larutan FeCl3 jenuh setetes demi setetes sambil diaduk hingga larutan menjadi merah coklat. Amati hasilnya

Percobaan C : Pembuatan emulsi

1. Masukkan 1 ml minyak tanah dan 5 ml air ke dalam suatu tabung reaksi. Guncangkan tabung dengan keras setelah terlebih dahulu disumbat dengan tutup gabus atau karet. Letakkan tabung reaksi di rak

2. Masukkan 1 ml minyak tanah, 5 ml air dan 15 tetes larutan sabun ke dalam tabung reaksi lain. Guncangkan tabung dengan kuat dan letakkan di rak. Amati kedua tabung tersebut.

Percobaan D : Koagulasi

1. Masukkan 50 ml susu cair ke dalam gelas kimia 100 ml

2. Tambahkan 20 tetes asam cuka ke dalamnya

3. Amati apa yang terjadi pada susu ketika diteteskan asam cuka

HASIL PENGAMATAN

Percobaan A


a. Sol Belerang (dispersi) = keruh dan tidak larut semua



b. Sol agar – agar (dispersi) = keruh dan agak kental


Percobaan B


Sol Fe(OH)3 (kondensasi) = warnanya terbentuk merah kecoklatan dan partikelnya menyebar ke seluruh cahaya


Percobaan C


a. Campuran air dan minyak tanah = minyak tidak menyatu dengan air



b. Campuran minyak tanah, air dan sabun = minyak menyatu dengan air karena deteren 


Percobaan D


Proses koagulasi = terjadi penggumpalan



PERTANYAAN

1. Jelaskan perbedaan pembuatan koloid secara dispersi dan kondensasi

Cara Kondensasi, yaitu partikel larutan sejati (molekul atau ion) bergabung menjadi partikel koloid. Cara ini dapat dilakukan melalui reaksi – reaksi kimia, seperti reaksi redoks, hidrolisis, dan dekomposisi rangkap, atau dengan pergantian pelarut

Cara Dispersi, yaitu partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara dispersi dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi atau dengan loncatan bunga listrik (cara busur Bredig)

2. Apa fungsi gula dalam pembuatan belerang?

sebagai zat yang membantu belerang membuat koloid dalam air karena sifat gula yaitu akan membuat larutan di dalam air.

3. Apa yang terjadi pada saat larutan FeCl3 jenuh diteteskan ke dalam air mendidih? Tuliskan reaksi kimianya!

warnanya terbentuk merah kecoklatan dan partikelnya menyebar ke seluruh cahaya
FeCl3 + H2O >> Fe(Oh)3 + HCL

4. Buatlah kesimpulan dari praktikum yang sudah anda kerjakan!

dari percobaan diatas, dapat kita ketahui bahwa kondensasi merupakan cara pembuatan koloid yang awalnya merupakan larutan. sedangkan dispersi adalah cara pembuatan koloid yang awalnya berupa suspensi. 
Minyak merupakan zat yang tidak larut di dalam air. tetapi ketika ditambahkan detergen, larutan dapat larut di dalam air.

Selasa, 21 Mei 2013

Hidrolisis Garam

Standar Kompetensi : Memahami sifat – sifat larutan asam basa, metode pengukuran dan terapannya

Kompetensi Dasar : Menentukan jenis garam yang mengalami hidrolisis dalam air dan pH larutan garam tersebut

Tujuan : Untuk mengetahui sifat larutan garam yang terhidrolisis

Teori :

Hidrolisis adalah peristiwa penguraian garam oleh air membentuk basa dan asamnya kembali. Larutan garam ada yang bersifat asam, basa atau netral, tergantung dari asam – basa penyusunnya.

a. Garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa kuat mengalami hidrolisis sebagian (hidrolisis sebagian)

b. Garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah juga mengalami hidrolisis sebagian

c. Garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa lemah mengalami hidrolisis total.

Garam yang terbentuk dari basa kuat dan asam kuat dalam larutan tidak mengalami hidrolisis sehingga konsentrasi ion H+ dan OH- dalam larutan adalah sama dan larutan garam ini bersifat netral (pH = 7)

Untuk mengetahui sifat larutan garam, dapat dilakukan melalui kegiatan berikut :

Alat dan Bahan :

1. Lempeng Tetes

2. Pipet Tetes

3. Kertas Lakmus merah dan Biru

4. Larutan KCl 1 M

5. Larutan NaCH3COO 1 M

6. Larutan NH4Cl 1 M

7. Larutan Na2CO3 1 M

8. Larutan Al2(SO4)3 1 M

Cara Kerja :

1. Siapkan masing – masing larutan

2. Setiap larutan diteteskan dalam lempeng tetes sekitar 10 tetes

3. Periksa larutan dengan mencelupkan kertas saring merah dan biru

4. Amati perubahan warna yang terjadi pada kertas lakmus

Hasil Pengamatan :


1. Larutan KCl
Perubahan warna
Lakmus merah = merah
Lakmus biru = biru
Sifat = netral

2. Larutan NaCH3COO
Perubahan warna
Lakmus merah = biru
Lakmus biru = biru
Sifat = basa

3. Larutan NH4Cl
Perubahan warna
Lakmus merah = merah
Lakmus biru = merah
Sifat = asam

4. Larutan Na2CO3
Perubahan warna
Lakmus merah = biru
Lakmus biru = biru
Sifat = basa

5. Larutan Al2(SO4)3
Perubahan warna
Lakmus merah = merah
Lakmus biru = merah
Sifat = asam




Pertanyaan :

1. Garam manakah yang mengalami hidrolisis sebagian dan garam yang tidak terhidrolisis?

*terhidrolisis sebagian 

NaCH3COO, NH4Cl, Na2CO3, Al2(SO4)3
*tidak terhidrolisis

KCL

2. Tuliskan reaksi garam yang mengalami hidrolisis !

*NaCH3COO >> Na+ + CH3COO-
BK AL
*NH4CL >> NH4+ + CL-
BL AK
*NA2CO3 >> 2NA+ + (CO3)2-
BK AL
*AL2(SO4)3 >> 2(AL)3+ + (SO4)2-


Kesimpulan : pada suatu larutan, bila salah satu unsurnya memiliki sifat lemah (basa lemah atau asam kuat) maka akan terjadi hidrolisis sebagian. tetapi jika tidak satu unsur yang bersifat lemah, maka larutan tersebut tidak terhidrolisis. 


Sumber :

Purba, Michael. 2006. Kimia untuk SMA Kelas XI Semester 2 Jilid 2 B. Penerbit Erlangga. Jakarta

Sutresna, Nana. 2008. Cerdas Belajar Kimia Untuk Kelas XI SMA/MA Jilid 2. Penerbit Grafindo Media Pratama. Bandung








MENGAMATI SIFAT GARAM SUKAR LARUT




Kompetensi Dasar : Memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan hasil kali kelarutan

I. Tujuan : Membuat garam yang sukar larut dalam air

II. Alat dan Bahan :

- Rak tabung reaksi

- Tabung Reaksi

- Pipet Tetes

- Larutan AgNO3 0,1 M

- Larutan BaCl2 0,1 M

- Larutan Na2SO4 0,1 M

- Larutan NaCl 0,1 M

- Larutan K2CrO4 0,1 M

III. Cara Kerja :

Percobaan A :

1. Masukkan larutan NaCl 0,1 M ke dalam tabung reaksi sampai setinggi ± 2 cm dengan menggunakan pipet tetes

2. Tambahkan 5 tetes larutan AgNO3 0,1 M ke dalam tabung reaksi yang berisi larutan NaCl. Amati dan catat perubahan yang terjadi

Percobaan B :

1. Masukkan larutan Na2SO4 0,1 M ke dalam tabung reaksi sampai setinggi ± 2 cm dengan menggunakan pipet tetes

2. Tambahkan 5 tetes larutan K2CrO4 0,1 M ke dalam tabung reaksi yang berisi larutan Na2SO4. Amati dan catat perubahan yang terjadi

Percobaan C :

1. Masukkan larutan AgNO3 0,1 M ke dalam tabung reaksi sampai setinggi ± 2 cm dengan menggunakan pipet tetes

2. Tambahkan 5 tetes larutan K2CrO4 0,1 M ke dalam tabung reaksi yang berisi larutan AgNO3. Amati dan catat perubahan yang terjadi

Percobaan D :

1. Masukkan larutan BaCl2 0,1 M ke dalam tabung reaksi setinggi ± 2 cm dengan menggunakan pipet tetes

2. Tambahkan 5 tetes larutan K2CrO4 0,1 M ke dalam tabung reaksi yang berisi BaCl2. Amati dan catat perubahan yang terjadi

IV. Hasil Pengamatan :


Percobaan A
AgNO3 + NaCl = ada cadangan keruh

Percobaan B
Na2SO4 + K2CrO4 = tidak ada endapan

Percobaan C
AgNO3 + K2CrO4 = ada endapan coklat kemerahan

Percobaan D
BaCl2 + K2CrO4 = ada endapan


V. Pertanyaan :

1. Tuliskan persamaan reaksi ion yang terjadi pada percobaan A, B, C dan D!

AgNO3 + NaCl >> AgCl + NaNO3
Na2SO4 + K2CrO4 >> Na2CrO4 + KSO4
AgNO3 + K2CrO4 >> Ag2CrO4 + KNO3
BaCl2 + K2CrO4 >> BaCrO4 + KCL

2. Tuliskan nama dan rumus kimia keempat elektrolit sukar larut yang terbentuk pada percobaan ini!

Perak klorida >> AgCl = Ag+
= Cl-
Perak kromat >> Ag2CrO4 = Ag+
= (CrO4)2-
Barium kromat >> BaCrO4 = (Ba)2+
= (CrO4)2-

3. Bagaimana rumus Ksp keempat elektrolit pada pertanyaan no.1 terhadap:

a. Konsentrasi
A = akar ksp
B = akar 3(ksp:4)
C = akar 3(ksp:4)
D = akar ksp 

b. Kelarutan
A = S2
B = 4s3
C = 4s3
D = s2
4. Diketahui data Ksp sebagai berikut:

A. Senyawa AgCl
Ksp 1,7 x 10-10

B. Ag2CrO4
Ksp 1,9 x 10-12


a. Hitunglah kelarutan AgCl dan Ag2CrO4 dalam 1 liter air murni (dalam g/L air)

kelarutan AgCl = (10)-10 x akar kuadrat 1,7
kelarutan Ag2CrO4 = (10)-4 x akar kuadrat 1,9

b. Hitunglah kelarutan AgCl dalam 1 liter NaCl 0,1 M (dalam mol/L)

kelarutan AgCl = 1,7 x (10)-9

c. Hitunglah kelarutan Ag2CrO4 dalam 1 liter AgNO3 0,1 M (dalam mol/L)

kelarutan Ag2CrO4 dalam AgNO3 0,1 M 
CrO4 = 1,9 x (10)-12 : (10)-2 = 1,9 x (10)-10

VI.Kesimpulan : Buatlah kesimpulan dari percobaan yang telah kalian lakukan !

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, garam yang mengendap yaitu AgCl (perak klorida), Ag2CrO4 (perak kromat), dan BaCrO4(barium kromat).

Titrasi Asam Basa

STANDAR KOMPETENSI : Memahami sifat-sifat larutan asam basa, metode pengukuran dan terapannya.


KOMPETENSI DASAR : Menghitung banyaknya pereaksi dan hasil reaksi dalam larutan elektrolit dan hasil titrasi asam basa.


I. Tujuan :
A. Menentukan konsentrasi HCl dan larutan NaOH.
B. Menentukan kadar asam asetat dalam cuka dapur dengan titrasi asam basa.


II. Teori


Titrasi adalah metode analisis kuantitatif untuk menentukan kadar suatu larutan. Dalam titrasi zat yang akan ditentukan konsentrasinya dititrasi oleh larutan yang konsentrasinya diketahui dengna tepat dan disertai penambahan indikator. Larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut larutan baku atau larutan tandar, sedangkan indikator adalah zat yang memberikan tanda perubahan pada saat titrasi berakhir yang dikenal dengan istilah titik akhir titrasi.




Berdasarkan pengertian titrasi, maka titrasi asam basa merupakan metode penentuan kadar larutan asam dengan zat peniter (titrant) suatu larutan basa atau penentuan kadar larutan basa dengan zat peniter (titrant) suatu larutan asam, dengan reaksi umum yang terjadi:


Asam + Basa → Garam + Air


Reaksi penetralan ini terjadi pada proses titrasi. Titik akhir titrasi adalah kondisi pada saat terjadi perubahan warna pada indikator. Titik akhir titrasi diharapkan mendekati titik ekivalen titrasi, yaitu kondisi pada saat larutan asam tepat bereaksi dengan larutan basa. Dengan demikian pada keadaan tersebut (titik ekivalen) berlaku hubungan:


Va.Ma.a = Vb.Mb.b


Va = Volume Asam (L)
Ma = Molaritas Asam (M)
Vb = Volume Basa (L)
Mb = Molaritas Basa (M)
a = Valensi Asam , b = Valensi Basa


Pada percobaan ini akan ditentukan konsentrasi HCl dan Molar dengan menggunakan larutan NaOH dan indikator fenolftalein.
•Percobaan A : Titrasi Asam kuat dan Basa kuat
Titrasi larutan HCl 0,1 M oleh larutan NaOH 0,1 M




Reaksi: HCl + NaOH → NaCl + H2O
•Percobaan B : Penentuan kadar asam asetat dalam cuka dapur
Titrasi larutan CH3COOH oleh larutan NaOH 0,1 M


Reaksi: CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O
Reaksi ion bersih: CH3COOH + OH- → H2O + CH3COO-


Dalam percobaan ini dipilih indikator PP (Fenolftalein). Pemilihan indikator tergantung pada titik setara (ekivalen) dan titik akhir titrasi. Indikator PP mempunyai selah pH = 8,3 - 10,0. Pada kondisi asam (pH <7), indikator PP tidak memberi perubahan warna. Sedang pada kondisi basa (pH >7) indikator PP memberi warna merah muda.


III. Alat dan Bahan


A. Alat :
•Labu Erlenmayer 125 ml
•Pipet volumetrik 10 ml
•Buret
•Labu ukur
•Statif dan Klem
•Corong kecil
•Botol semprot
•Pipet tetes
•Gelas kimia 100 ml
B. Bahan :
•Larutan HCl 0,1 M
•Larutan asam cuka
•Larutan NaOH 0,1 M
•Indikator PP
IV. Cara Kerja
•Percobaan A : Titrasi asam kuat dan Basa kuat
1.10 ml larutan HCl 0,1 M diambil dengan menggunakan pipet volumetrik lalu dipindahkan ke dalam labu erlenmayer 250 ml.
2.5 tetes indikator PP ditambahkan ke dalam labu erlenmayer tersebut.
3.Buret, statif dan klem disiapkan.
4.Buret diisi dengan larutan NaOH 0,1 M tepat ke garis nol.
5.Kran buret dibuka secara perlahan sehingga NaOH tepat mengalir ke dalam labu erlenmayer.
6.Titrasi dilakukan sehingga didapat titik akhir titrasi (warna merah muda). Selama NaOH ditambahkan labu erlenmayer digoyangkan agar NaOH merata ke seluruh larutan. Perubahan yang terjadi diamati. Vomule NaOH yang dibutuhkan untuk mencapai titik akhir titrasi dicatat.
7.Langkah 1 sampai 6 diulangi sehingga didapatkan dua data titrasi.
•Percobaan B : Titrasi Asam Cuka dengan Basa Kuat
1.10 ml larutan asam cuka diambil dengan menggunakan pipet volumetrik lalu dipindahkan ke dalam labu ukur 100 ml, air ditambahkan hingga tanda batas.
2.Pindahkan 10 ml larutan tersebut ke dalam labu erlenmeyer 125 ml, kemudian 5 tetes larutan indikator PP ditambahkan.
3.Titrasi dilakukan sehingga didapatkan titik akhir titrasi. Volume NaOH yang dibutuhkan untuk mencapai titik akhir titrasi dicatat.
4.Langkah 2 dan 3 diulangi hingga diperoleh dua data titrasi.
V. Hasil Pengamatan


A. Volume titik akhir titrasi Asam Kuat - Basa Kuat


NO Volume HCl Volume NaOH 
1 10 ml 9 ml 
2 10 ml 8,5 ml 





B. Volume titik akhir titrasi Asam Cuka - Basa Kuat


NO Volume HCl Volume NaOH 
1 10 ml 4 ml 
2 10 ml 5,3 ml 



VI. Pertanyaan


1. Bagaimana perbedaan titrasi A dan B ditinjau dari pH titik ekivalennya?
A = 8,75
B = 4,65


2. Hitunglah konsentrasi larutan HCl dengan data percobaan A


Va.Ma.a = Vb.Mb.b
10.Ma.1 = (8,75).(0,1).1
10 Ma = 0,875
Ma = 0,09




3. Hitunglah konsentrasi larutan cuka dengan data percobaan B


Fp.Va.Ma.a = Vb.Mb.b
100/10.10.Ma.1 = (4,65).(0,1).1
100 Ma = 0,465
Ma = 0,465.10⁻2 = 4,65.10⁻3


4. Mengapa pada setiap titrasi asam basa diperlukan indikator?
Karena indikator adalah zat yang memberikan tanda perubahan pada saat titrasi berakhir.



VII. Kesimpulan


Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa konsentrasi larutan HCl yang mengacu pada data percobaan A adalah sebesar 0,9 M. Sedangkan kadar asam asetat dalam cuka dapur melalui percobaan B adalah sebesar 4,65.10⁻3 M.